Satu fenomena yang telah menjadi semakin umum di gereja-gereja di Diosis Malaysia Barat dalam beberapa tahun terakhir adalah semakin sedikitnya kaum muda yang memasuki pelayanan penuh masa. Contohnya, pada tahun 2010, tidak ada pelajar Alkitab baru yang terdaftar di Jurusan Bahasa Cina di Seminari Teologi Malaysia (STM) diatas sponsor Diosis Malaysia Barat. Pada tahun 2011, hanya ada satu orang setengah baya yang terdaftar; dan pada tahun 2012, hanya ada satu orang paruh baya yang didanai sendiri. Dengan kata lain, dari tahun 2010 hingga 2012, hanya ada satu mahasiswa teologi yang disponsori oleh Diosis Malaysia Barat yang mendaftar di Jurusan Bahasa Mandarin di Seminari Teologi Malaysia (STM). Oleh kerana itu, jika kita melihatnya dari sudut pandang gereja-gereja berbahasa Mandarin, Diosis Malaysia Barat hanya memiliki satu orang paruh baya berbahasa Mandarin yang terdaftar di STM selama tiga tahun ini. Mengapa ada fenomena seperti itu? Apa alasan-alasan yang membuat kaum muda enggan untuk hadir? Bukankah ini masalah yang sangat serius?
Situasi seperti ini tidak hanya terjadi pada jangka masa 2010-2012. Faktanya, situasinya kurang lebih sama selama sekitar satu dekade terakhir. Selama periode 10 tahun dari 2015 hingga 2024, jumlah rata-rata siswa yang datang ke STM penuh masa untuk belajar teologi, termasuk siswa Diosis dan siswa yang disponsori oleh gereja, adalah 1.6 orang setahun. Juga selama periode 10 tahun ini, jumlah rata-rata mereka yang masuk ke MBS secara penuh waktu untuk teologi adalah 0.3 per tahun. Dengan kata lain, selama 10 tahun terakhir, kami hanya menghasilkan 2 padre berbahasa Mandarin setahun. Meskipun saya hanya menghitung padre berbahasa Mandarin, situasinya serupa untuk pendeta-pendeta dari bahasa lain. Kurangnya sumber daya manusia adalah sesuatu yang harus kita perhatikan.
Kurangnya sumber daya manusia tidak hanya di tingkat pendeta penuh waktu, tetapi juga di antara jemaat. Jemaat merupakan 98% dari gereja, dan jika kita tidak mengembangkan dan menggunakan sumber daya ini dengan baik, maka bagaimana gereja dapat bertumbuh. Oleh kerana itu, dari perspektif pertumbuhan gereja, pemuridan memainkan peranan yang sangat penting. Hanya melalui pelatihan pemuridan, jemaat dapat dilatih untuk menjadi murid yang lebih berkomitmen yang bersedia untuk melayani, menginjili, dan mempelajari karakter Kristus, dan kemudian gereja dapat mengutus lebih banyak orang untuk menjadi saksi-saksi Kristus di dunia, menggenapi Amanah Agung yang dipercayakan oleh Tuhan.