Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas tentang organisasi dan bagaimana organisasi selalu menjadi alat yang digunakan manusia untuk menyatukan kekuatan sekumpulan orang untuk menyelesaikan tugas yang tidak dapat dilakukan oleh seorang individu. Jika seseorang tidak bergantung pada organisasi, namun hanya mengandalkan kekuatan individu, maka hasil yang dicapai akan sangat kecil dan tidak berkesan.
Ada dua teori dalam ilmu ekonomi. Yang pertama adalah ekonomi neoklasik, yang menganjurkan ekonomi pasar bebas dan kemampuan individu untuk membuat pilihan yang rasional. Mereka percaya bahwa “tangan tidak terlihat” , iaitu pasar akan secara otomatis mengatur produksi sesuai dengan permintaan dan penawaran individu, sehingga memaksimalkan penggunaan sumber daya. Namun, pasar seringkali gagal mengoptimalkan pembahagian sumber daya kerana adanya kos transaksi dan kegagalan pasar.
Manakala, Ekonomi Kelembagaan Baru berpendapat bahawa kita tidak boleh hanya mengandalkan regulasi pasar. Ini disebabkan kegagalan pasar, monopoli, asimetri informasi, dan sebagainya, semuanya berkontribusi pada kegagalan memaksimalkan penggunaan sumber daya. Mereka menganjurkan bahwa selain pasar, masyarakat juga harus diatur melalui pengurusan hirarki perusahaan, iaitu “tangan yang terlihat”, untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya, iaitu pembahagian sumber daya yang optimal.
Namun, terlepas dari apakah itu “tangan yang tidak terlihat” atau “tangan yang terlihat”, selama keserakahan, mementingkan diri, pencarian kekuasaan, dan keinginan manusia masih ada, akan ada banyak hal yang melayani diri sendiri yang memuaskan kepentingan peribadi dengan mengorbankan masyarakat umum. Sifat alamiah manusia tetap menjadi tantangan untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya masyarakat.
Hal yang sama juga berlaku di dalam gereja. Kepentingan sendiri adalah tantangan terbesar bagi pertumbuhan gereja. Sama ada keperluan wang atau keperluan tenaga manusia, sumber daya gereja sering kali diberikan oleh 20% orang, tetapi ini harus memenuhi keperluan 80% orang.
Adalah umum bagi gereja untuk memiliki hal-hal berikut ini:
1. 20-30% dari jemaat adalah anggota yang tidak menghadiri kebaktian gereja dan tidak terlihat dalam kegiatan, tetapi tiba-tiba muncul ketika mereka meninggal dunia. Kehidupan rohani mereka amat dikecewakan.
2. 20-30% dari anggota gereja hanya menghadiri kebaktian gereja secara tidak teratur, tidak melibat diri dalam pelayanan gereja, dan sesekali memberikan sumbangan kewangan. Kehidupan rohani mereka tidak diketahui.
3. 20-30% anggota gereja menghadiri kebaktian secara teratur, melibat diri dalam sedikit pelayanan, dan mumking melibat dirii dalam acara-acara khusus. Kehidupan rohani mereka tidak begitu baik.
Hal mendasar yang dimiliki oleh orang-orang ini adalah bahawa mereka berpusat pada diri mereka sendiri. Terus terang saja, mereka mementingkan diri dan hanya melihat kepentingan mereka sendiri di gereja.
Apa yang harus kita lakukan dalam situasi seperti ini?
Saya fikir satu-satunya cara bagi gereja untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya adalah dengan mengajar jemaat untuk memahami ajaran Alkitab dan memotivasi mereka untuk lebih berkomitmen kepada Tuhan. Tanpa mengoptimalkan penggunaan sumber daya, bagaimana gereja dapat menyelesaikan begitu banyak tugas? Gereja perlu mengatur kebaktian, mengatur berbagai tahap pengajaran, merawat anggota, mempromosikan misi, mempromosikan pekerjaan sosial, menumbuhkan gereja, melatih para pemimpin, mempromosikan pelayanan untuk segala usia, dan sebagainya. Jika kita tidak mengintegrasikan dan mengoptimalkan sumber daya gereja, bagaimana kita dapat melakukan semua pelayanan?
Bayangkan 80% sumber manusia di gereja tidak tersedia. Mereka ini bukan sahaja tidak dapat bersumbang, tetapi mereka juga menghabiskan sumber daya gereja yang terbatas. Dalam keadaan seperti itu, bagaimana gereja dapat berkembang? (Tentu saja para berusia dan orang yang lemah tidak termasuk dalam perbincangan saya, mereka telah melakukan bahagian mereka dan sekarang saatnya bagi mereka untuk menikmati berkat-berkat kehidupan).
Jadi ini, tujuan pemuridan utama kita adalah meningkatkan tingkat komitmen para anggota. Ketika para anggota menjadi lebih berkomitmen kepada Tuhan, maka mereka akan semakin mementingkan gereja dan bukan kepentingan diri sendiri. Hanya dengan demikian mereka akan dapat berkontribusi. Sumber daya gereja akan ditingkatkan untuk menyelesaikan banyak pelayanan yang perlu dijalankan.