Teologi Laity dan Pemuridan (2)

Satu fenomena yang umum di gereja-gereja Anglikan adalah bahawa ramai orang tidak memiliki pengajaran dan pelatihan yang sistematis, berkesambungan dan komprehensif, dan oleh kerana itu mereka tidak memahami misi mereka. Sebahagian umat Kristian akan memisahkan anugerah Kristus yang menyelamatkan dari pengudusan, dan juga akan mengasingkan kehidupan gereja dengan kehidupan sosial, percaya bahawa gereja adalah gereja dan masyarakat adalah hal yang lain. Seorang Kristian menghabiskan lebih dari 95% waktunya di masyarakat, dan mereka adalah terang dan garam masyarakat, jika mereka tidak memahami ajaran Alkitab dan misi mereka di masyarakat, mereka tidak akan dapat memenuhi misi yang diutuskan oleh Tuhan sabagai saksi-saksi-Nya di dunia ini.

Misi umat Kristian adalah memberitakan berita keselamatan dengan hidup serupa dengan Kristus, sehingga orang-orang dapat percaya kepada Allah yang benar yang menciptakan dunia ini. Oleh kerana itu, masa yang umat Kristian berada di dalam gereja harus menjadi persiapan bagi kehidupan mereka di dalam masyarakat, sehingga mereka diperlengkapi untuk menghadapi cabaran kehidupan bermasyarakat. Misi umat Kristian terutama adalah untuk menjadi saksi bagi Allah di tengah masyarakat, dan gereja harus menjadi sumber yang terus menerus memberikan penawaran dan bantuan untuk memperlengkapi mereka.

Gereja perlu membantu umat Kristian untuk memahami bahawa mereka telah menjadi bahagian dari gereja melalui baptisan dan telah menerima sebuah misi, iaitu menjadi saksi-saksi Allah di dunia. Menjadi saksi-saksi Allah membutuhkan kehidupan yang kudus. Alkitab dengan jelas mengatakan kepada kita bahawa kerana kasih karunia Kristus yang menyelamatkan sangat besar, maka mereka yang menerimanya harus hidup kudus. Paulus berkata dalam Efesus 4:1, “Sebagaimana kamu telah dipanggil, demikianlah hendaknya kamu hidup dengan cara yang layak bagi panggilan itu.”

Meskipun kasih karunia adalah fondasi iman Kristian dan apa yang kita terima semata-mata kerana kasih karunia Allah, pengudusan adalah proses yang tidak dapat dikompromikan setelah kasih karunia. Seringkali proses pengudusan tidak disukai oleh jemaat dan dihindari oleh gereja-gereja kerana harga yang harus dikeluarkan. Jemaat akan lari dari gereja kalau pengudusan ditekankan. Para Padre juga berada di bawah tekanan, kerana kalau jemaat semakin berkurangan bererti mereka tidak ada kemampuan. Oleh kerana itu mereka mungkin mencuba untuk “menyesuaikan diri” dengan tuntutan jemaat. Para Padre sering kali terlihat seperti seorang salesman yang hanya ingin jualannya baik, dan “pelanggan” selalu benar.

Sebuah artikel di The Malaysian Insider amat menggugah fikiran. Dalam artikelnya “Apa yang Mendorong (Meningkatkan) agama Kristian di Negara Ini?” terdapat sebuah wawancara yang menanyakan tentang alasan meningkatnya jumlah orang Kristian di negara ini.  Dina Zaman mewawancarai seorang lelaki bernama Desmond Ong, yang berpendapat bahawa peningkatan jumlah orang Kristian tidak ada hubungannya dengan kepercayaan. Peningkatan ini disebabkan oleh fakta bahawa gereja-gereja berfokus pada hubungan antar manusia, menawarkan janji-janji yang baik, organisasi dukungan sosial yang baik, dan merasa nyaman seperti berbelanja di pusat perbelanjaan. Inilah kesan yang diberikan oleh agama Kristian. Meskipun Desmond tidak mewakili semua orang, namun ia cukup mewakili.

Agama Kristian perlahan-lahan turun ke titik di mana “tidak penting siapa Yesus Kristus”. Di dalam gereja, selama hubungannya baik dan semua orang bahagia, tidak masalah apa pun kebenarannya. Pengalaman penulis sendiri adalah bahawa pada dua kesempatan, kerana saya mengatakan dalam khobah Minggu bahawa orang Kristian tidak boleh bercerai, saya dihadapkan pada ketidakpuasan beberapa jemaat. Beberapa jemaat akhirnya memilih untuk pergi ke gereja lain.

Adakah gereja benar-benar sebuah tempat yang “berfokus pada hubungan antara manusia, menawarkan janji-janji yang baik, organisasi dukungan sosial yang baik, dan merasa nyaman seperti berbelanja di pusat perbelanjaan“, tetapi tidak harus mengikut Yesus? Bukankah permuridan adalah terpenting di agama Kristian?

Teologi Jemaah Awam dan Pemuridan

Realitas jemaah awam di Diocesis Malaysia Barat.

Setiap provinsi dari Anglikan Communion adalah sebuah entitas yang independen, dan di bawah pengaruh situasi dan latar belakang budaya yang berbeza, setiap provinsi memiliki pendapat yang berbeza tentang berbagai masalah. Anglikan Communion tidak memiliki teologi yang terpadu atau rasmi, dan setiap provinsi memiliki posisi teologis yang berbeza dalam berbagai isu. Meskipun keputusan Konferensi Lambeth yang otoritatif tidak mengikat secara rasmi di setiap provinsi. Akibatnya, Anglikan Communion sebagian besar mengambil jalan tengah, dan posisi apa pun yang mengakui diri sebagai ekumenis dalam Anglikanisme dipertanyakan.

Dari sudut pandang Diosis Malaysia Barat, kami tidak memiliki definisi jemaah awam, yang dapat tercermin dalam Kanonik (perundangan) Anglikan. Kanonik Diosis Malaysia Barat berada di bawah Kanonik Provinsi Anglikan Asia Tenggara, yang pada dasarnya merupakan perpanjangan dari Kanonik Gereja England. Dalam Kanonik Gereja England, jabatan laity dalam Gereja dibahas dalam bagian E, tetapi tidak ada definisi tentang laity. Jelasnya,laity merupakan sebuah gelar yang tidak memerlukan definisi rasmi. Nampaknya semua orang menerima begitu saja bahawa definisi jemaah awam sudah jelas. Dari sudut pandang statuta Gereja England, jemaah awam dipandang sebagai mereka yang tidak ditahbiskan di bawah sistem pelayanan tertahbis Anglikan.

Dengan demikian, bagi Diosis Malaysia Barat, siapa pun yang tidak ditahbiskan menjadi padre adalah jemaah awam. Diosis Malaysia Barat tidak memiliki definisi yang jelas mengenai sifat, status, atau peranan jemaah awam. Hal ini mempengaruhi bagaimana Gereja di Diosis Malaysia Barat memandang jemaah awam. Jemaah awam sendiri juga tidak jelas tentang identitas dan misi mereka, percaya bahawa mereka hanya berafiliasi dengan padre, bahawa mereka adalah pembantu padre, dan kerana mereka tidak ditahbiskan atau dilatih secara profesional, mereka memiliki status di bawah padre.

Apa yang dapat dilakukan untuk mengubah pandangan ini yang telah mengakar kuat di Diosis Malaysia Barat?

Pemikiran seperti itu perlu dibetulkan, kerana sama ada kita seorang padre atau jemaah awam, selama kita adalah orang Kristen, kita adalah sekelompok orang yang diutus ke dunia untuk memenuhi misi Tuhan. Inilah yang membuat program pemuridan Gereja Sarang menjadi unik. Pemuridan bukan hanya tentang membantu Anda bertumbuh dalam rohani, tetapi juga tentang mengubah banyak pemikiran Anda yang salah. Oleh kerana itu, mengembangkan teologi jemaah awam adalah tujuan dari model pemuridan Gereja Sarang, sesuatu yang tidak dimiliki oleh model pemuridan lainnya.

Kerjasama Kelompok dan Pemuridan

Manusia adalah makhluk yang hidup dalam kelompok, jadi kerja sama adalah hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tanpa kerja sama, mustahil bagi manusia untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan cara yang saling menguntungkan, dan juga tidak mungkin untuk bertahan hidup di bumi. Manusia harus saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai situasi yang saling menguntungkan agar masyarakat dapat makmur dan maju. Pada masa berburu dan meramu dahulu, manusia harus mengandalkan kerja sama kelompok untuk mendapat lebih banyak makanan dan menghindari bahaya musuh. Di zaman modern, lebih penting lagi bagi manusia untuk bekerja sama dalam kelompok, jika tidak, mustahil bagi mereka untuk bertahan hidup.

Meskipun kerja sama dapat memberikan manfaat yang maksimal, namun kerana sifat manusia yang egois, ketika bekerja sama, beberapa orang akan sering menggunakan kepentingan pribadinya untuk merugikan kepentingan orang lain atau kepentingan kelompok. Oleh kerana itu, ketika bekerja sama, harus ada mekanisme pengadilan untuk menghukum peserta yang tidak menjunjung tinggi kepentingan kelompok yang bekerja sama. Dengan cara ini, para peserta yang tidak menjunjung tinggi kepentingan kelompok akan mengetahui pentingnya kerja sama dan memperbaiki perilaku egois mereka untuk menjunjung tinggi kepentingan kelompok. Dengan cara ini, kerja sama dapat terus berlanjut dan maksimalisasi manfaat dapat dicapai. Sebaliknya, jika setiap orang melihat segala sesuatu dari sudut pandang egois, maka kerja sama tidak akan mungkin terjadi.

Prasyarat untuk kerja sama adalah ketulusan. Tanpa ketulusan, jika salah satu pihak tertipu, maka kerja sama tidak dapat dilanjutkan. Kerja sama di antara saudara dan saudari di dalam gereja sering kali menjadi sebuah tantangan. Jika salah satu dari mereka mementingkan diri sendiri, ia akan mengabaikan kepentingan kelompok, dan alih-alih menyediakan sumber daya untuk gereja, ia akan menghabiskan sumber daya gereja, yang tidak kondusif bagi perkembangan gereja.

Kehidupan Kristian adalah tentang melampaui diri sendiri dan menjadi berkat bagi orang lain. Kita bukan hanya hidup dalam ego kita, tetapi kita harus terus menerus melampaui ego kita dan bergerak menuju ketidakegoisan. Ketika sikap tidak mementingkan diri sendiri tumbuh semakin kuat di dalam diri kita, kita dapat melepaskan keegoisan kita dan bekerja lebih baik dengan orang lain untuk menciptakan efektivitas yang lebih besar dan pertumbuhan gereja.

Pemuridan adalah tentang membantu Anda untuk disadarkan akan makna hidup. Makna hidup kita bukan hanya pemenuhan diri sendiri, atau pemenuhan keluarga, atau pemenuhan karier, tetapi harus diperluas dengan menyertakan Kerajaan Allah dalam fikiran kita.

Warisan dan Pemuridan

Pada bahagian sebelumnya, saya telah berkongsi dengan Anda bahawa penciptaan dan warisan adalah alasan mengapa umat manusia terus berkembang. Namun, sangat disayangkan bahawa banyak ciptaan yang belum diwariskan. Salah satu alasannya adalah “keegoisan pribadi”. Hari ini saya ingin berkongsi dengan Anda alasan lain: prasangka atau ketidaktahuan.

Dalam masyarakat kuno, banyak kreasi atau keterampilan unik diwariskan kepada anak lelaki dan bukan kepada anak perempuan. Hal ini terutama kerana persepsi pada saat itu adalah bahawa anak perempuan akan dinikahkan di kemudian hari, dan bahawa mereka seperti “air yang akan ditumpahkan” atau “barang kerugian”, sehingga tidak perlu mewariskan keterampilan terbaik kepada mereka. Kalaupun harus diwariskan kepada anak perempuan, itu harus diwariskan kepada menantu laki-laki, dan mereka harus menantu lelaki yang telah bergabung dengan keluarga isteri. Jika orang yang bersangkutan tidak memiliki anak laki-laki atau menantu laki-laki, dan tidak bersedia menurunkan semua kemahirannya kepada murid-muridnya, maka banyak kreasi atau pengetahuan unik akan hilang.

Umat manusia juga telah melewatkan banyak kesempatan untuk berkarya dan memberi manfaat bagi orang banyak kerana banyak ketidaktahuan dan prasangka. Sebagai contoh, patriarki lelaki umat manusia selama ribuan tahun terlalu telah menekan kreativitas wanita kerana prasangka dan ketidaktahuan, mencegah wanita untuk memanfaatkan bakat mereka untuk kepentingan masyarakat. Lihatlah berapa banyak wanita yang telah berkontribusi kepada masyarakat dengan memanfaatkan bakat dan kreativitas mereka di zaman modern ini. Kita telah menyia-nyiakan motivasi dan kontribusi ini selama ribuan tahun. Dunia seperti apa yang akan kita miliki jika dunia dimulai dengan kesetaraan antara lelaki dan wanita? Mungkinkah kita telah menyia-nyiakan dua kali lebih banyak kreativitas manusia? Mungkinkah peradaban manusia boleh meningkat dua kali lipat jika wanita menyumbangkan kreativitas sejak awal?

Sebuah ide yang tidak didiskusikan dan dikritik secara terbuka tidak dapat direvisi menjadi lebih baik. Hanya ide yang mampu bertahan dalam tantangan untuk menerobos pemikiran artifisial, prasangka, atau ketidaktahuan yang dapat menjadi ide yang bermanfaat bagi semua orang.

Setiap kreasi, ide, pengetahuan, teknologi harus dibagikan tanpa pamrih dan dikembangkan melalui kritik. Sejak tahun 2009, Diosis Anglikan Malaysia Barat, melalui Uskup Ng Moon Hing, telah mempromosikan pemuridan, terutama sistem pemuridan “Gereja Sarang”, yang telah mengarah pada pematangan konsep pemuridan di keuskupan tersebut. Selama 14 tahun terakhir, keuskupan telah memberikan perhatian yang lebih dan lebih pada pemuridan. Namun, kebangkitan ini hanyalah sebuah perhatian terhadap pemuridan. Pada dasarnya semua orang setuju bahawa pemuridan itu baik untuk Gereja, tetapi definisi pemuridan itu tidak jelas. Banyak orang, termasuk para pendeta, hanya memiliki pemahaman yang sepintas lalu tentang ide pemuridan, jika bukan kesalahfahaman sepenuhnya. Saya fikir kita membutuhkan lebih banyak bincangan agar ide pemuridan dapat difahami dengan lebih baik. Jika tidak, kita akan tetap berada dalam prasangka dan ketidaktahuan bahawa “pemuridan adalah klass Alkitab”. Ini sama dengan ide konyol bahawa “wanita harus tinggal di rumah” atau bahawa “orang kulit hitam adalah bangsa yang lebih rendah”.

Pewarisan dan Pemuridan

Penciptaan dan pewarisan adalah sebab mengapa umat manusia terus berkembang.

Manusia tahu bagaimana menciptakan untuk menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Manusia telah menciptakan barangan dan membuat banyak hal yang mejadikan hidup lebih mudah bagi manusia. Contohnya, manusia telah menciptakan alat musik dan lagu, yang telah membawa banyak kegembiraan dan kedamaian bagi umat manusia. Manusia menciptakan bahasa dan tulisan, mengumpulkan dan meningkatkan pengetahuan, dan mendorong peradaban manusia ke maju.

Manusia tidak hanya tahu bagaimana menciptakan, tetapi juga tahu pentingnya pewarisani. Jika sebuah ciptaan tidak diteruskan, maka ciptaan tersebut akan hilang sia-sia dan tidak akan bermanfaat bagi manusia. Oleh kerana itu, manusia tahu bagaimana cara mewariskan kreasi mereka kepada generasi berikutnya atau merekam kreasi mereka sehingga dapat diwariskan dan dikembangkan untuk kepentingan masyarakat.

Namun, ada beberapa alasan mengapa banyak ciptaan belum diwariskan: Hari ini saya ingin berkongsi dengan anda tentang “keegoan individu”.

Kita selalu boleh nampat banyak kreasi yang hanya diwariskan kepada generasi berikutnya dan bukan kepada orang luar, terutama kerana mereka tidak ingin orang luar mengambil manfaat darinya. Hal ini menyebabkan banyak kreasi yang bagus tidak dapat dikembangkan. Jika seseorang menemukan generasi penerus yang cocok dan cerdas, maka kreasi tersebut dapat diteruskan dengan lebih baik. Jika tidak, maka generasi tersebut mungkin tidak akan sebaik generasi berikutnya, dan bahkan kreasi tersebut mungkin akan hilang dari dunia. Banyak teknik memasak, teknik perubatan, dan teknik kraf tangan yang telah hilang dengan cara ini.

Selain itu, ada pepatah Cina yang mengatakan bahwa “setelah mengajar murid, guru akan mati kelaparan.” Oleh kerana itu, untuk banyak resep atau keterampilan leluhur, gurunya telah meninggalkan beberapa di antaranya, sehingga murid tidak akan melampaui gurunya dan mencuri mangkuk nasi atau ketenaran gurunya. Dorongan dari “murid lebih pandai dari gurunya” sangat jarang terjadi di masyarakat ini. Bayangkan setiap guru menyimpan beberapa keterampilan, yang diturunkan pasti akan segera tersingkir.

Tujuan dari pemuridan adalah untuk meneruskan pewarisan Kristian dengan cara yang lebih baik dan lebih besar. Haruslah kualitas yang lebih baik yang kita wariskan. Tujuan pemuridan adalah transformasi kehidupan para anggota, partisipasi aktif mereka dalam pelayanan, dan kesiapan intelektual mereka. Kita tidak ingin gereja hanya diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menjadi lebih lemah.

Terlalu sering gereja berfokus pada penyembahan, doa dan pelayanan, tetapi tidak pada pengajaran dan pelatihan. Orang-orang Farisi berfokus pada penyembahan, doa dan pelayanan, namun mereka dimarahi oleh Yesus. Itu kerana mereka berfokus pada ritual keluaran dan bukan pada perubahan hidup dan hati. Mereka terlihat saleh di luar, tetapi jahat di dalam. Warisan mereka adalah “orang buta meminpim orang buta” dan tujuan mereka adalah binasa.

Apa yang kita wariskan di dalam gereja? Apa yang kita wariskan kepada generasi berikutnya?

Untuk mewariskannya dengan lebih baik, kita harus memiliki cara pemuridan yang lebih baik. Kita tidak hanya harus memiliki filosofi pemuridan, tetapi kita juga harus memiliki cara pemuridan. Hanya ketika filosofi digabungkan dengan metode, maka kita dapat melakukan pemuridan yang lebih baik.

Naluri Manusia dan Pemuridan (2)

Pada perkongsian terakhir, kita telah membahas tentang bagaimana manusia dilahirkan dengan banyak naluri, ada yang menguntungkan, ada yang merugikan, dan ada juga yang biasa menguntungkan atau merugikan. Dalam perkongsian ini, kita akan membahas tentang cara meninggalkan zon nyaman.

Bagaimana zon nyaman manusia terbentuk? Selain rasional, manusia juga emosional. Lebih dari apa pun, perilaku manusia dikendalikan oleh emosi. Salah satu kekuatan yang kuat dalam emosi kita adalah pengalaman kita, dan zon nyaman kita dibentuk oleh pengalaman yang biasa kita alami. Sebagai contoh, kita menikmati makanan yang enak, yang memberikan pengalaman yang menyenangkan. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan ini membentuk zon nyaman kita, dan ketika kita diminta untuk meninggalkan zon nyaman ini, kita sangat tidak suka hati. Ketidakbahagiaan inilah yang membuat kita enggan meninggalkan makanan. Namun, ketika tubuh kita menjadi semakin gemuk, kita disadarkan akan perlunya memiliki kawalan atas makanan kita, tetapi kita tidak biasa keluar dari zona nyaman ini dan kita tidak benar-benar ingin melakukannya karena kita tidak ingin kehilangan kenikmatan menikmati makanan kita.

Mungkin Anda akan bertanya, adakah peringatan doktor itu berguna? Menurut sebuah statistik, bahkan jika doktor memperingatkan adanya krisis kesihatan, hanya sekitar satu dari tujuh pesakit yang akan mengikuti arahan doktor untuk mengawal makanan mereka. Mengapa? Ini kerana pengalaman (atau manfaat) kesehatan tidak tepat waktu, bukan manfaat langsung. Manfaat kesihatan adalah masa depan, abstrak, dan keburukan adalah di masa depan yang tidak benar-benar dialami. Namun, kegembiraan kerana kehilangan makanan bersifat langsung, sesuatu yang dapat dirasakan saat itu juga. Inilah sebabnya mengapa sangat sulit bagi kita untuk melakukan perubahan, kerana kekuatan emosi kita lebih besar daripada kekuatan akal. Akal kita akan mengatakan bahawa kita harus mengawal makanan kita, namun, secara emosional, kita tidak mahu melepaskan kenikmatan makanan.

Ketika akal sehat bertemu dengan emosi, biasanya emosi yang akan menang.

Dengan cara yang sama, ketika kita diminta untuk mengikuti kelas pemuridan, akal sihat kita akan mengatakan bahawa pemuridan itu baik untuk kita. Namun, “kebaikan” ini adalah sesuatu yang belum kita alami. Kita tahu itu baik, tetapi kita tidak merasakan manfaatnya. Di sisi lain, “keburukan” pemuridan adalah sesuatu yang dapat kita rasakan dengan segera. Kita merasakan tekanan pemuridan, waktu yang dihabiskan untuk belajar, kehadiran di kelas, pekerjaan rumah, dan seterusnya, dan “keburukan” dari semua ini segera mengalahkan “kebaikan” yang tidak terjangkau. Oleh kerana itu, tidak peduli seberapa besar keinginan kita secara rasional untuk berpartisipasi dalam pemuridan, kurangnya pengalaman emosional kita menghalangi kita untuk melakukannya.

Oleh kerana itu, mereka yang telah mengalami pemuridan dan merasakan manfaat dari pemuridan perlu membagikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat menolong mereka yang belum mengalami pemuridan untuk merasakan manfaat dari pemuridan.

Kita juga perlu berlatih untuk membiarkan akal budi kita berbicara kepada kepekaan kita. Dialog yang terus menerus ini akan memperkuat kekuatan akal budi kita dan mencegah kita untuk dipimpin oleh emosi kita.

Naluri Manusia dan Pemuridan

Manusia dilahirkan dengan banyak naluri, beberapa di antaranya bermanfaat, beberapa di antaranya berbahaya, dan beberapa di antaranya mungkin menguntungkan atau merugikan. Sebagai contoh, naluri manusia adalah mengambil energi makanan berlebih dan mengubahnya menjadi lemak untuk disimpan untuk keadaan darurat. Hal ini dapat bermanfaat dalam keadaan darurat dengan menyediakan energi bagi manusia dan memperpanjang umur mereka. Namun dalam keadaan normal, hal ini dapat menjadi terlebih gemuk dan menyebabkan masalah kesihatan yang berbahaya.

Makan adalah naluri manusia kerana kebutuhan untuk mengisi energi. Untuk mempertahankan hidup kita, otak harus mendorong kita untuk makan lebih banyak. Untuk itu, otak kita mengeluarkan dopamin (hormon kenikmatan) untuk membuat kita merasa senang dan bahagia saat makan. Inilah sebabnya mengapa kita berada dalam suasana hati yang sangat bahagia ketika menikmati makanan yang lazat. Naluri ini pada awalnya bermanfaat, terutama dalam menghadapi kelaparan. Namun, pada masa yang biasa seperti sekarang, hal ini telah menjadi masalah besar bagi kesihatan manusia.

Oleh kerana itu, untuk menghadapi naluri manusia untuk makan, kita harus melawannya. Hanya dengan melawan dan membatasi naluri makan, manusia dapat memiliki tubuh yang sihat.

Alasan yang sama dapat diterapkan pada semua naluri manusia.

Contoh lain: naluri manusia adalah merasa nyaman sehingga kita dapat menghemat energi dan mencegah tubuh kita menggunakan terlalu banyak energi. Naluri ini melindungi hidup kita dan memungkinkan kita untuk hidup selama mungkin dalam menghadapi kekurangan makanan dan keadaan kehidupan yang buruk. Namun dalam masyarakat modern yang sangat kompetitif ini, kenyamanan akan membuat kita kalah bersaing dan tersingkir oleh masyarakat. Jadi untuk menjadi lebih kompetitif, kita harus melawan naluri kita untuk mencari kenyamanan sehingga kita dapat bertumbuh lebih banyak.

Demikian pula di dalam gereja, sikap nyaman menghalangi kita untuk memenuhi misi Tuhan. Meskipun kenyamanan adalah naluri kita, kita tidak dapat membiarkan naluri ini mengendalikan kita. Kita harus berjuang melawan kenyamanan dan harus mahu bekerja untuk keluar dari zona nyaman.

Banyak anggota yang enggan menyertai dalam pemuridan memiliki satu kesamaan: mereka takut bahawa mereka tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah mereka. Mereka juga takut untuk meninggalkan zon nyaman mereka dan menghadapi tuntutan pemuridan.

Yang benar adalah bahawa pemuridan kita bersifat progresif, terus berkembang dari waktu ke waktu. Orang-orang tidak perlu khawatir tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah mereka atau tidak memahami apa yang mereka baca. Pekerjaan rumah dapat dimulai dari yang sederhana dan kemudian berkembang secara perlahan. Jika pekerjaan rumah untuk membaca tidak dimengerti, pastor akan menjelaskannya selama pelajaran berlangsung. Oleh karena itu, tujuan dari mengerjakan pekerjaan rumah adalah agar Anda “menaruh hati Anda ke dalamnya”. Selama Anda menaruh hati Anda pada apa yang diminta, pastor  akan dengan senang hati menerima pekerjaan rumah Anda.

Naluri manusia tidak menyukai kerja keras, tetapi menyukai kenyamanan. Namun, jika kita ingin bertumbuh, kita harus melawan naluri kita.

Pendidikan dan Pemuridan

Salah satu ciri umum orang miskin adalah mereka tidak memperhatikan pendidikan. (Jangan tersinggung, maksud saya “secara umum”, bukan secara eksklusif).

Pemikiran mereka adalah bahawa pendidikan memerlukan waktu yang lama untuk menunjukkan hasilnya, dan mereka perlu melihat manfaat jangka pendek. Daripada membiarkan anak-anak mereka belajar, akan lebih bagus untuk membuat mereka bekerja dan menghasilkan wang. Ditambah lagi, pendidikan memerlukan wang, jadi daripada membazirkannya untuk anak-anak mereka, lebih baik digunakan untuk diri mereka sendiri dan menikmatinya.

Salah satu kelakuan orang miskin adalah mereka fokus pada masa sekarang dan tidak mahu melaburkan di masa depan atau berkerja keras untuk tumbuh. Mereka biasanya menghabiskan wang mereka untuk perbelanjaan, bahkan untuk kemewahan, tetapi tidak mau menggunakan wang mereka untuk belajar agar nilainya bertambah. Mereka tidak fokus pada pendidikan mereka sendiri, dan juga tidak fokus pada pendidikan anak-anak mereka. Dengan lingkaran setan seperti itu, mereka tidak boleh keluar dari kemiskinan untuk waktu yang lama.

Salah satu hal yang disebutkan oleh tiga pemenang Hadiah Nobel Ekonomi 2021 dalam penelitian mereka adalah bahwa satu tahun tambahan pendidikan akan meningkatkan pendapatan seseorang sebesar 9%. Tentu saja kami tidak yakin apakah angka 9% itu berlaku universal di semua tempat, tetapi kesimpulan bahawa semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula pendapatan yang mungkin diperoleh, adalah sebuah kepastian.

Jika pendidikan dapat mengubah hidup seseorang, terlebih lagi Firman Tuhan dapat mengubah hidup seseorang.

Namun, gereja-gereja teelalu utamakan dengan hal-hal lain dan tidak fokus pada pengajaran Firman Tuhan. Jemaat juga tidak peduli dan tidak mahu berakar pada Firman Tuhan dan melakukan ajaran Tuhan dalam hidup mereka. Sikap “bukan urusan saya” dari gereja dan anggotanya serupa dengan kurangnya perhatian orang miskin terhadap pendidikan.

Ketidaktahuan benar-benar menakutkan. Tidak mengetahui bahawa awak tidak tahu lebih menakutkan lagi.

Pendidikan dapat menghancurkan kemiskinan, dan Firman Tuhan dapat menghancurkan bayi-bayi rohani.

Pendidikan dapat mengubah kehidupan, dan Firman Tuhan dapat membawa makna bagi kehidupan manusia.

Pendidikan dapat membuat suatu bangsa menjadi kuat, dan Firman Tuhan dapat memampukan gereja untuk memenuhi misinya.

Pendidikan dapat memberi manfaat bagi manusia, dan Firman Tuhan dapat membawa kehidupan yang berkelimpahan.

Pemuridan adalah untuk mengembangkan Anda dalam Firman Tuhan sehingga hidup Anda akan diubahkan.

Organisasi dan Pemuridan (Bahagian 3)

Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas tentang organisasi dan bagaimana organisasi selalu menjadi alat yang digunakan manusia untuk menyatukan kekuatan sekumpulan orang untuk menyelesaikan tugas yang tidak dapat dilakukan oleh seorang individu. Jika seseorang tidak bergantung pada organisasi, namun hanya mengandalkan kekuatan individu, maka hasil yang dicapai akan sangat kecil dan tidak berkesan.

Ada dua teori dalam ilmu ekonomi. Yang pertama adalah ekonomi neoklasik, yang menganjurkan ekonomi pasar bebas dan kemampuan individu untuk membuat pilihan yang rasional. Mereka percaya bahwa “tangan tidak terlihat” , iaitu pasar akan secara otomatis mengatur produksi sesuai dengan permintaan dan penawaran individu, sehingga memaksimalkan penggunaan sumber daya. Namun, pasar seringkali gagal mengoptimalkan pembahagian sumber daya kerana adanya kos transaksi dan kegagalan pasar.

Manakala, Ekonomi Kelembagaan Baru berpendapat bahawa kita tidak boleh hanya mengandalkan regulasi pasar. Ini disebabkan kegagalan pasar, monopoli, asimetri informasi, dan sebagainya, semuanya berkontribusi pada kegagalan memaksimalkan penggunaan sumber daya. Mereka menganjurkan bahwa selain pasar, masyarakat juga harus diatur melalui pengurusan hirarki perusahaan, iaitu “tangan yang terlihat”, untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya, iaitu pembahagian sumber daya yang optimal.

Namun, terlepas dari apakah itu “tangan yang tidak terlihat” atau “tangan yang terlihat”, selama keserakahan, mementingkan diri, pencarian kekuasaan, dan keinginan manusia masih ada, akan ada banyak hal yang melayani diri sendiri yang memuaskan kepentingan peribadi dengan mengorbankan masyarakat umum. Sifat alamiah manusia tetap menjadi tantangan untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya masyarakat.

Hal yang sama juga berlaku di dalam gereja. Kepentingan sendiri adalah tantangan terbesar bagi pertumbuhan gereja. Sama ada keperluan wang atau keperluan tenaga manusia, sumber daya gereja sering kali diberikan oleh 20% orang, tetapi ini harus memenuhi keperluan 80% orang.

Adalah umum bagi gereja untuk memiliki hal-hal berikut ini:

1. 20-30% dari jemaat adalah anggota yang tidak menghadiri kebaktian gereja dan tidak terlihat dalam kegiatan, tetapi tiba-tiba muncul ketika mereka meninggal dunia. Kehidupan rohani mereka amat dikecewakan.

2. 20-30% dari anggota gereja hanya menghadiri kebaktian gereja secara tidak teratur, tidak melibat diri dalam pelayanan gereja, dan sesekali memberikan sumbangan kewangan. Kehidupan rohani mereka tidak diketahui.

3. 20-30% anggota gereja menghadiri kebaktian secara teratur, melibat diri dalam sedikit pelayanan, dan mumking melibat dirii dalam acara-acara khusus. Kehidupan rohani mereka tidak begitu baik.

Hal mendasar yang dimiliki oleh orang-orang ini adalah bahawa mereka berpusat pada diri mereka sendiri. Terus terang saja, mereka mementingkan diri dan hanya melihat kepentingan mereka sendiri di gereja.

Apa yang harus kita lakukan dalam situasi seperti ini?

Saya fikir satu-satunya cara bagi gereja untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya adalah dengan mengajar jemaat untuk memahami ajaran Alkitab dan memotivasi mereka untuk lebih berkomitmen kepada Tuhan. Tanpa mengoptimalkan penggunaan sumber daya, bagaimana gereja dapat menyelesaikan begitu banyak tugas? Gereja perlu mengatur kebaktian, mengatur berbagai tahap pengajaran, merawat anggota, mempromosikan misi, mempromosikan pekerjaan sosial, menumbuhkan gereja, melatih para pemimpin, mempromosikan pelayanan untuk segala usia, dan sebagainya. Jika kita tidak mengintegrasikan dan mengoptimalkan sumber daya gereja, bagaimana kita dapat melakukan semua pelayanan?

Bayangkan 80% sumber manusia di gereja tidak tersedia. Mereka ini bukan sahaja tidak dapat bersumbang, tetapi mereka juga menghabiskan sumber daya gereja yang terbatas. Dalam keadaan seperti itu, bagaimana gereja dapat berkembang? (Tentu saja para berusia dan orang yang lemah tidak termasuk dalam perbincangan saya, mereka telah melakukan bahagian mereka dan sekarang saatnya bagi mereka untuk menikmati berkat-berkat kehidupan).

Jadi ini, tujuan pemuridan utama kita adalah meningkatkan tingkat komitmen para anggota. Ketika para anggota menjadi lebih berkomitmen kepada Tuhan, maka mereka akan semakin mementingkan gereja dan bukan kepentingan diri sendiri. Hanya dengan demikian mereka akan dapat berkontribusi. Sumber daya gereja akan ditingkatkan untuk menyelesaikan banyak pelayanan yang perlu dijalankan.

Organisasi dan Pemuridan (2)

Organisasi selalu menjadi alat yang digunakan manusia untuk mengumpulkan kekuatan sekumpulan orang untuk menyelesaikan tugas yang tidak dapat dilakukan oleh seorang individu. Jika kita mengandalkan kekuatan individu tanpa organisasi, hasilnya akan sangat kecil dan tidak efisien.

Namun, ketika sekumpulan orang dikumpulkan menjadi sebuah organisasi, maka harus diuruskan secara cekap, jika tidak maka akan terjadi kesalahan, ketidakefisienan, kemalasan, pemborosan, rasuah, kekacauan, dan seterusnya, yang akan berujung pada kemunduran organisasi, kebangkrutan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, bagaimana sebuah organisasi dikelola menjadi faktor yang paling penting untuk keberhasilannya. Jika Anda melihat CEO sebuah organisasi, gaji tahunannya biasa mencapai beberapa juta, ditambah dengan berbagai elauan, tunjangan, dan lain-lain, jumlahnya bahkan biasa mencapai puluhan juta. Mengapa pihat pengurusan (atau seorang bos) sebuah organisasi bersedia membayar gaji yang begitu tinggi (ini bermakna kos yang tinggi) untuk menggaji seorang CEO? Selain karana mereka adalah anak bos, tentunya CEO boleh mendatangkan lebih banyak pendapatan bagi organisasi. Logikanya senang difaham, jika saya membayar $10 juta, namun pembayaran ini dapat menghasilkan pendapatan $100 juta, mengapa saya tidak melakukannya?

Tentu saja, tidak jarang organisasi memiliki CEO yang tidak bermampu dan ini membuat organisasi berantakan. Inilah sebab mengapa banyak organisasi jatuh atau bangkrut.

Dalam sebuah organisasi, tanggung jawab utama CEO adalah mengumpulkan informasi terkini tentang perusahaan untuk membuat berbandingan terbaik dan membuat keputusan terbaik. CEO harus berkomunikasi dengan bawahannya untuk memahami masalah yang dihadapi oleh operasi, dan dengan cepat berkoordinasi dengan setiap departemen untuk melakukan perbaikan sehingga masalah dapat diselesaikan secepat mungkin. Disebabkan semua departemen harus menerima perintah darinya, dia adalah orang terbaik untuk mengkoordinasikan semua departemen dan menangani masalah sehingga organisasi dapat menjadi lebih berkesan. Oleh kerana itu, CEO bermusyarat hampir setiap hari untuk mendengarkan laporan, mengumpulkan informasi, memahami situasi terkini dari seluruh organisasi dan membuat keputusan terbaik.

Gereja Anglikan juga merupakan sebuah organisasi dan CEO organisasi ini adalah Uskup. Gereja di bawah  Anglikan juga merupakan sebuah organisasi, dan CEO organisasi ini adalah paderi. Dalam struktur organisasi Anglikan masa ini, paderi adalah pengerusi gereja yang ditunjuk oleh uskup, iaitu pengambil keputusan gereja. Dengan singkatnya, dalam struktur Anglikan, paderi adalah CEO gereja.

Adakah kita setuju bahwa paderi adalah CEO gereja (sebagai sebuah organisasi)? Jika kita semua setuju akan hal ini, berdasarkan penjelasan di atas, maka kita harus mengajukan satu pertanyaan: Adakah paderi adalah alasan utama pertumbuhan dan kemunduran gereja? Jika ya, lalu mengapa kita hanya melatih mereka di sekolah Alkitab? Mengapa kita melatih para paderi hampir tidak ada yang berkaitan dengan pengurusan? Adakah para paderi mampu mengelola gereja selepas perlajaran di sekolah Alkitab?

Kriteria yang digunakan oleh Anglikan untuk menahbiskan seorang paderi saat ini adalah gelar teologi, rekomendasi dari gereja dan persetujuan dari uskup, serta lulus kursus MICPE dan Kursus Pembinaan Rohani, setelah itu paderi dapat ditahbiskan. Kita tidak pernah menilai kemampuan mereka dibidang pengurusan.

Kenapa kita andaikan bahawa kehidupan rohani sama dengan kemampuan dalam pengurusan? Adakah andaian ini benar?

Kenapa kita mengandaikan bahawa kehidupan rohani yang baik akan menghasilkan mutu pengurusan yang baik. Adakah andaian ini benar?

Adakah kita yakin andaian-andaian ini benar? Adakah kita 100% yakin?  Jika kita tidak begitu yakin, mengapa kita tidak pernah memeriksanya?

Apa hubungan pemuridan dengan pengurusan organisasi? Tentu saja ada. Sebenarnya pemuridan adalah sebuah sistem pengurusan. Pemuridan bukan hanya sekedar pengajaran dan pelatihan dalam Alkitab. Pemuridan adalah sebuah sistem pengurusan gereja yang berkesan. Melalui sistem ini, paderi dapat memiliki arah pelayanan yang  jelas, filosofi pelayanan, metodologi pelayanan, dan cara pelayanan.

Sayangnya, kita tidak tahu banyak tentang pemuridan dan kita selalu berfikir bahawa pemuridan adalah tentang belajar Alkitab. Ini adalah satu salah fahaman yang amat dikesali.