事实上,神的要求是要我们将自己当作活祭献给神。神要我们将自己当作活祭献给他,而一些基督徒却认为星期天有来教会,或是有奉献金钱就足够了。这是何等讽刺。最可惜的是有些教牧也是这样鼓励会友,认为只要教会有钱就可以聘请同工来推展教务,平信徒可以什么都不做,只要出钱就好了。这些都非常明显的与西马教区章程的第一部分,也就是坎特伯雷大主教的“历史申明与宣告”(Historical Statements and Declarations)相对立的。坎特伯雷大主教在谈到平信徒时说到:“平信徒乃是被神呼召致力于将自己奉献与神,让神成为世人的王,并让生活所有的一切都是为神,也让在生活与邻舍的一切交往都成为对邻舍们的服侍。平信徒不应当视教牧的呼召为代替他们做他们可以并且能做的更好的事。这样就能大大的加强平信徒在教会的生活,也能够让教牧如使徒们一样的“专心以祈祷传道为事”。
Satu fenomena yang umum di gereja-gereja Anglikan adalah bahawa ramai orang tidak memiliki pengajaran dan pelatihan yang sistematis, berkesambungan dan komprehensif, dan oleh kerana itu mereka tidak memahami misi mereka. Sebahagian umat Kristian akan memisahkan anugerah Kristus yang menyelamatkan dari pengudusan, dan juga akan mengasingkan kehidupan gereja dengan kehidupan sosial, percaya bahawa gereja adalah gereja dan masyarakat adalah hal yang lain. Seorang Kristian menghabiskan lebih dari 95% waktunya di masyarakat, dan mereka adalah terang dan garam masyarakat, jika mereka tidak memahami ajaran Alkitab dan misi mereka di masyarakat, mereka tidak akan dapat memenuhi misi yang diutuskan oleh Tuhan sabagai saksi-saksi-Nya di dunia ini.
Misi umat Kristian adalah memberitakan berita keselamatan dengan hidup serupa dengan Kristus, sehingga orang-orang dapat percaya kepada Allah yang benar yang menciptakan dunia ini. Oleh kerana itu, masa yang umat Kristian berada di dalam gereja harus menjadi persiapan bagi kehidupan mereka di dalam masyarakat, sehingga mereka diperlengkapi untuk menghadapi cabaran kehidupan bermasyarakat. Misi umat Kristian terutama adalah untuk menjadi saksi bagi Allah di tengah masyarakat, dan gereja harus menjadi sumber yang terus menerus memberikan penawaran dan bantuan untuk memperlengkapi mereka.
Gereja perlu membantu umat Kristian untuk memahami bahawa mereka telah menjadi bahagian dari gereja melalui baptisan dan telah menerima sebuah misi, iaitu menjadi saksi-saksi Allah di dunia. Menjadi saksi-saksi Allah membutuhkan kehidupan yang kudus. Alkitab dengan jelas mengatakan kepada kita bahawa kerana kasih karunia Kristus yang menyelamatkan sangat besar, maka mereka yang menerimanya harus hidup kudus. Paulus berkata dalam Efesus 4:1, “Sebagaimana kamu telah dipanggil, demikianlah hendaknya kamu hidup dengan cara yang layak bagi panggilan itu.”
Meskipun kasih karunia adalah fondasi iman Kristian dan apa yang kita terima semata-mata kerana kasih karunia Allah, pengudusan adalah proses yang tidak dapat dikompromikan setelah kasih karunia. Seringkali proses pengudusan tidak disukai oleh jemaat dan dihindari oleh gereja-gereja kerana harga yang harus dikeluarkan. Jemaat akan lari dari gereja kalau pengudusan ditekankan. Para Padre juga berada di bawah tekanan, kerana kalau jemaat semakin berkurangan bererti mereka tidak ada kemampuan. Oleh kerana itu mereka mungkin mencuba untuk “menyesuaikan diri” dengan tuntutan jemaat. Para Padre sering kali terlihat seperti seorang salesman yang hanya ingin jualannya baik, dan “pelanggan” selalu benar.
Sebuah artikel di The Malaysian Insider amat menggugah fikiran. Dalam artikelnya “Apa yang Mendorong (Meningkatkan) agama Kristian di Negara Ini?” terdapat sebuah wawancara yang menanyakan tentang alasan meningkatnya jumlah orang Kristian di negara ini. Dina Zaman mewawancarai seorang lelaki bernama Desmond Ong, yang berpendapat bahawa peningkatan jumlah orang Kristian tidak ada hubungannya dengan kepercayaan. Peningkatan ini disebabkan oleh fakta bahawa gereja-gereja berfokus pada hubungan antar manusia, menawarkan janji-janji yang baik, organisasi dukungan sosial yang baik, dan merasa nyaman seperti berbelanja di pusat perbelanjaan. Inilah kesan yang diberikan oleh agama Kristian. Meskipun Desmond tidak mewakili semua orang, namun ia cukup mewakili.
Agama Kristian perlahan-lahan turun ke titik di mana “tidak penting siapa Yesus Kristus”. Di dalam gereja, selama hubungannya baik dan semua orang bahagia, tidak masalah apa pun kebenarannya. Pengalaman penulis sendiri adalah bahawa pada dua kesempatan, kerana saya mengatakan dalam khobah Minggu bahawa orang Kristian tidak boleh bercerai, saya dihadapkan pada ketidakpuasan beberapa jemaat. Beberapa jemaat akhirnya memilih untuk pergi ke gereja lain.
Adakah gereja benar-benar sebuah tempat yang “berfokus pada hubungan antara manusia, menawarkan janji-janji yang baik, organisasi dukungan sosial yang baik, dan merasa nyaman seperti berbelanja di pusat perbelanjaan“, tetapi tidak harus mengikut Yesus? Bukankah permuridan adalah terpenting di agama Kristian?
A common phenomenon in Anglican churches is that many believers lack systematic, continuous and comprehensive teaching and training, and therefore do not understand their mission. A proportion of believers will divide Christ’s saving grace from sanctification, and will also dichotomise church life as well as social life, believing that the church is the church and society is another matter. Believers spend more than 95% of their time in society, and they are the light and salt of society. If they do not understand the teachings of the Bible and their mission in society, they will not be able to fulfil the mission entrusted to them by God and become His witnesses.
The mission of the believer is to preach the message of salvation by living in the likeness of Christ, so that people may believe in the true God who created the world. Therefore, the life of believers in the church must be a preparation for their life in society, so that they are equipped to face the challenges of social life. The mission of the believer is primarily to be a witness for God in society, and the church must be a constant source of supply and help to equip them.
The church needs to help the believers to understand that they have become part of the church through baptism and have received a mission: to be God’s witnesses in the world. Being God’s witnesses requires holy living. The Scriptures clearly tell us that it is because the saving grace of Christ is exceedingly great that those who receive it must live holy lives. Paul says in Eph. 4:1, “As you were called, so conduct yourself in a manner worthy of the calling with which you were called.”
While grace is certainly the foundation of the Christian faith and what we receive is solely by God’s grace, sanctification is a process that cannot be compromised after grace. Many times the process of sanctification is disliked by lay people and avoided by churches because of the cost involved, lest members left the church. Pastors are also under pressure in this area. When there is a decrease in membership, that means the pastors are not capable, hence, they may try to “fit in” with the demands of the congregation. Pastors often seem to become salesmen who only want to perform well, and the “customer” is always right.
An article in The Malaysian Insider is thought-provoking. In his article “What is Driving (Increase of) Faith in this Country”, Dina Zaman has an interview asking about the reasons for the increase of Christians in our country. She interviewed a man called Desmond Ong, who argued that the increase in Christian numbers had nothing to do with faith. The increase is due to the fact that churches focus on human relationship, offering good promises, good social support, and feels as good as shopping in a shopping mall. This is the impression that Christianity gives. While Desmond is not the representative of the majority, he is somehow a representative.
Christianity is slowly descending to a point where “it doesn’t matter who Jesus Christ is”. In the church, as long as the relationship is good and everyone is happy, it does not matter what the truth is. My own experience is that on two occasions, because I preached in the Sunday sermon that Christians should not get divorced, I was confronted with the dissatisfaction of members. Some members eventually chose to leave the church.
Is the church really a place that “focuses on human connection, offers good promises, good social support organization, and feels as good as shopping in a shopping mall”, but doesn’t have to follow Jesus? Isn’t the discipleship is the most important thing in the church?
The Malaysian Insider 的一篇文章发人省思。作者Dina Zaman 在他的文章“是什么驱使这个国家的信仰兴旺?(What is Driving (Increase of) faith in this Country)”有一段访问问到基督徒在我国增多的原因。他访问了一个叫Desmond Ong的人。Desmond 认为基督教人数的增加与信仰没有关系。人数增多是因为教会注重人际联系、提供美好的承诺、良好社会扶持组织、感觉良好就好像在商业广场购物一样。这就是基督教给人的印象。虽然Desmond 不能代表多数,但也具有某种代表性。
Setiap provinsi dari Anglikan Communion adalah sebuah entitas yang independen, dan di bawah pengaruh situasi dan latar belakang budaya yang berbeza, setiap provinsi memiliki pendapat yang berbeza tentang berbagai masalah. Anglikan Communion tidak memiliki teologi yang terpadu atau rasmi, dan setiap provinsi memiliki posisi teologis yang berbeza dalam berbagai isu. Meskipun keputusan Konferensi Lambeth yang otoritatif tidak mengikat secara rasmi di setiap provinsi. Akibatnya, Anglikan Communion sebagian besar mengambil jalan tengah, dan posisi apa pun yang mengakui diri sebagai ekumenis dalam Anglikanisme dipertanyakan.
Dari sudut pandang Diosis Malaysia Barat, kami tidak memiliki definisi jemaah awam, yang dapat tercermin dalam Kanonik (perundangan) Anglikan. Kanonik Diosis Malaysia Barat berada di bawah Kanonik Provinsi Anglikan Asia Tenggara, yang pada dasarnya merupakan perpanjangan dari Kanonik Gereja England. Dalam Kanonik Gereja England, jabatan laity dalam Gereja dibahas dalam bagian E, tetapi tidak ada definisi tentang laity. Jelasnya,laity merupakan sebuah gelar yang tidak memerlukan definisi rasmi. Nampaknya semua orang menerima begitu saja bahawa definisi jemaah awam sudah jelas. Dari sudut pandang statuta Gereja England, jemaah awam dipandang sebagai mereka yang tidak ditahbiskan di bawah sistem pelayanan tertahbis Anglikan.
Dengan demikian, bagi Diosis Malaysia Barat, siapa pun yang tidak ditahbiskan menjadi padre adalah jemaah awam. Diosis Malaysia Barat tidak memiliki definisi yang jelas mengenai sifat, status, atau peranan jemaah awam. Hal ini mempengaruhi bagaimana Gereja di Diosis Malaysia Barat memandang jemaah awam. Jemaah awam sendiri juga tidak jelas tentang identitas dan misi mereka, percaya bahawa mereka hanya berafiliasi dengan padre, bahawa mereka adalah pembantu padre, dan kerana mereka tidak ditahbiskan atau dilatih secara profesional, mereka memiliki status di bawah padre.
Apa yang dapat dilakukan untuk mengubah pandangan ini yang telah mengakar kuat di Diosis Malaysia Barat?
Pemikiran seperti itu perlu dibetulkan, kerana sama ada kita seorang padre atau jemaah awam, selama kita adalah orang Kristen, kita adalah sekelompok orang yang diutus ke dunia untuk memenuhi misi Tuhan. Inilah yang membuat program pemuridan Gereja Sarang menjadi unik. Pemuridan bukan hanya tentang membantu Anda bertumbuh dalam rohani, tetapi juga tentang mengubah banyak pemikiran Anda yang salah. Oleh kerana itu, mengembangkan teologi jemaah awam adalah tujuan dari model pemuridan Gereja Sarang, sesuatu yang tidak dimiliki oleh model pemuridan lainnya.
The reality of laity in the Diocese of West Malaysia.
Each province of the Anglican Communion is an independent entity, under the influence of different situations and cultural backgrounds, and each province has different opinions on various issues. The Anglican Communion does not have a unified or official theology, and each province has a different theological position on various issues. Even the decisions of the authoritative Lambeth Conference are not legally binding in each province. As a result, Anglican Communion has mostly taken a middle-path approach, and any position claiming to be ecumenical in Anglicanism is questioned.
From the point of view of the Diocese of West Malaysia, we do not have a definition of a lay person, which can be reflected in the Canon Law of the Church of England. The Canon Law of the Diocese of West Malaysia is subordinate to the Canon Law of the Anglican Province of South East Asia, which is basically an extension of the Canon Law of the Church of England. In the Canons of the Church of England, the office of the layman in the Church is discussed in section E, but there is no definition of a layman. Layman is clearly a title that does not require a legal definition. It seems that everyone takes for granted that the definition of laity is clear. From the point of view of Church of England statute, lay people are seen as those who are not ordained under the episcopal system of ordained ministry.
Thus, for the Diocese of West Malaysia, anyone who is not ordained to the priesthood is a lay person. The Diocese of West Malaysia does not have any clear definition of the nature, status, or role of a lay person. This affects how the Church in the Diocese of West Malaysia views lay people. Lay people themselves are not clear about their identity and mission, believing that they are only affiliated to the priesthood, that they are helpers of the priesthood, and that since they are not ordained or professionally trained, they have a status below the priest.
What can be done to change this mindset which has become deeply rooted in the Diocese of West Malaysia?
Such thinking needs to be corrected, because whether we are clergy or laymen, as long as we are Christians, we are a group of people sent into the world to fulfil God’s mission. This is what makes Sarang Church Discipleship Training model unique. Discipleship Training is not just about helping you grow in spirituality, but also about changing many of your wrong thinkings. Developing a lay theology is therefore a goal of Sarang Church Discipleship Training model, something that no other Discipleship Training model has.
从西马教区的角度来说,我们并没有对平信徒下定义,这可以在英国教会教会法规(Canon Law of the Church of England)反映出来。西马教区的教会法规,乃是附属于圣公宗东南亚教省的法规,而这法规基本上都是延用英国的教会法规。在英国教会的法规里,在E部分(section E)讨论了平信徒在教会的职务,然而并没有对平信徒下定义。平信徒显然是一个不需要有法律定义的称呼。看起来大家都理所当然的对平信徒的定义清楚了。从英国教会法规的角度,平信徒被看为是那些没有在主教制的按立圣职系统下被授予圣职的人。
Manusia adalah makhluk yang hidup dalam kelompok, jadi kerja sama adalah hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tanpa kerja sama, mustahil bagi manusia untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan cara yang saling menguntungkan, dan juga tidak mungkin untuk bertahan hidup di bumi. Manusia harus saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai situasi yang saling menguntungkan agar masyarakat dapat makmur dan maju. Pada masa berburu dan meramu dahulu, manusia harus mengandalkan kerja sama kelompok untuk mendapat lebih banyak makanan dan menghindari bahaya musuh. Di zaman modern, lebih penting lagi bagi manusia untuk bekerja sama dalam kelompok, jika tidak, mustahil bagi mereka untuk bertahan hidup.
Meskipun kerja sama dapat memberikan manfaat yang maksimal, namun kerana sifat manusia yang egois, ketika bekerja sama, beberapa orang akan sering menggunakan kepentingan pribadinya untuk merugikan kepentingan orang lain atau kepentingan kelompok. Oleh kerana itu, ketika bekerja sama, harus ada mekanisme pengadilan untuk menghukum peserta yang tidak menjunjung tinggi kepentingan kelompok yang bekerja sama. Dengan cara ini, para peserta yang tidak menjunjung tinggi kepentingan kelompok akan mengetahui pentingnya kerja sama dan memperbaiki perilaku egois mereka untuk menjunjung tinggi kepentingan kelompok. Dengan cara ini, kerja sama dapat terus berlanjut dan maksimalisasi manfaat dapat dicapai. Sebaliknya, jika setiap orang melihat segala sesuatu dari sudut pandang egois, maka kerja sama tidak akan mungkin terjadi.
Prasyarat untuk kerja sama adalah ketulusan. Tanpa ketulusan, jika salah satu pihak tertipu, maka kerja sama tidak dapat dilanjutkan. Kerja sama di antara saudara dan saudari di dalam gereja sering kali menjadi sebuah tantangan. Jika salah satu dari mereka mementingkan diri sendiri, ia akan mengabaikan kepentingan kelompok, dan alih-alih menyediakan sumber daya untuk gereja, ia akan menghabiskan sumber daya gereja, yang tidak kondusif bagi perkembangan gereja.
Kehidupan Kristian adalah tentang melampaui diri sendiri dan menjadi berkat bagi orang lain. Kita bukan hanya hidup dalam ego kita, tetapi kita harus terus menerus melampaui ego kita dan bergerak menuju ketidakegoisan. Ketika sikap tidak mementingkan diri sendiri tumbuh semakin kuat di dalam diri kita, kita dapat melepaskan keegoisan kita dan bekerja lebih baik dengan orang lain untuk menciptakan efektivitas yang lebih besar dan pertumbuhan gereja.
Pemuridan adalah tentang membantu Anda untuk disadarkan akan makna hidup. Makna hidup kita bukan hanya pemenuhan diri sendiri, atau pemenuhan keluarga, atau pemenuhan karier, tetapi harus diperluas dengan menyertakan Kerajaan Allah dalam fikiran kita.
Human beings are creatures that live in groups, so co-operation is an unavoidable human affair. Without co-operation, it is impossible for humans to complete their tasks in a mutually beneficial way, nor can they survive on earth. Humans must help each other and co-operate to achieve a win-win situation so that society can prosper and progress. In the old days of hunting and gathering, human beings had to rely on group co-operation in order to get more foods and avoid the danger of enemies. In modern times, it is even more important for people to work together as a group, otherwise it is impossible for them to survive.
Although co-operation can bring maximum benefits, however, due to the selfish nature of human beings, when co-operating, some people may use their personal interests to the detriment of other people’s interests or the interests of the group. Therefore, when co-operating, there must be a mechanism to punish those participants who do not uphold the interests of the group under co-operation. In this way, those participants who do not uphold the interests of the group will know the importance of cooperation and correct their selfish behaviour to uphold the interests of the group. In such a case, cooperation can continue and maximization of benefits can be achieved. Otherwise, if everyone looks at things from a selfish point of view, then co-operation will be impossible.
The prerequisite for co-operation is sincerity. Without sincerity, if one party is deceived, then the ensuing co-operation cannot continue. Cooperation between the members in the church is often a challenge. If one of them is selfish, he/she will neglect the interests of the group, and instead of providing resources for the church, he/she will consume the resources of the church, which is not conducive to the development of the church.
The Christian life is about going beyond the self and being a blessing to others. We cannot just live in our ego, but we have to constantly transcend our ego and move towards egolessness. As our egolessness grows stronger within us, we are able to let go of our selfishness and work better with others to create greater effectiveness and church growth.
Discipleship is about helping you to become awakened to the meaning of life. The meaning of our lives is not just self-fulfilment, or family fulfillment, or career fulfillment, but must be expanded to include the Kingdom of God in our lives.