Teologi Laity dan Pemuridan (6)

Dalam perkongsian sebelumnya kita telah membahas tentang sedikitnya jumlah orang muda-mudi yang ingin melayani sepenuh masa.

Salah satu alasannya adalah kerana gereja belum memainkan peranannya yang seharusnya. Peranan gereja adalah untuk mengadakan permuridan secara sistematis, terus menerus dan komprehensif, supaya kita boleh melatih dan membina anak-anak pada usia kecil sehingga mereka akan bertumbuh untuk memiliki hati untuk melayani Tuhan secara penuh waktu.

Berapa banyak gereja di Diosis Malaysia Barat yang memiliki visi strategis seperti itu? Berapa banyak gereja yang memiliki pendekatan yang sistematis untuk melatih dan membina kaum muda sehingga mereka akan bertumbuh secara rohani dan memiliki komitmen yang kuat untuk melayani Tuhan ketika mereka masih muda?

Malangnya, banyak gereja yang mengadakan pertemuan anak muda yang hanya sekedar bermain game, makan dan minum, dan berteman. Orang Kristen seperti apa yang dapat dihasilkan oleh kelompok pemuda seperti itu? Hasil dari situasi ini adalah banyak anak muda, meskipun dibesarkan di gereja, tidak memiliki komitmen, nyawa tidak berubah, hanya berpusat pada diri sendiri, dan hedonis. Akankah orang-orang muda seperti itu mahu melayani penuh waktu?

Di sisi lain, memang ada beberapa anak muda yang tentu saja memiliki hati untuk melayani penuh waktu, tetapi mereka belum diperlengkapi dan dilatih dengan baik, hati mereka tidak kuat dan mudah terguncang, dan akibatnya, mereka goyah. Dalam keadaan seperti itu, banyak dari mereka meneruskan kehidupan seperti biasa dan tanpa sadar, mereka sudah menumpuk banyak hutang: pinjaman PTPTN, pinjaman kereta, pinjaman rumah, pinjaman peribadi, insuran, dan sebagainya. Semua ini seperti belenggu dan membuat mereka lebih sukar untuk membuat keputusan. ketika mereka menikah dan memiliki anak, lebih sulit lagi bagi mereka untuk melayani sepenuh waktu.

Kesimpulannya, kegagalan gereja untuk melatih muda-mudi dengan benar sejak masa kanak-kanak hingga remaja adalah faktor penting dalam ketidakmampuan mereka untuk melayani penuh waktu ketika mereka menjadi dewasa.

Sayangnya, ada beberapa pastor yang sama sekali tidak gelisah dengan apa yang telah berlaku. Sesetengah mereka telah menjadi perencana acara, menganjur konsert, pelancongan, dan sebagainya. Mereka Sepatut mengajarkan Alkitab dengan bersungguh-sungguh, tetapi mereka menganjurkan kegiatan yang tidak berhasil untuk jemaat dan menyebutnya sebagai kerja sosial atau ziarah. Mengapa gereja-gereja mempertahankan para pastor yang bahkan tidak tahu apa yang seharusnya mereka lakukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *