Theoloji Jemaah Awam  dan Pemuridan (3)

Di gereja-gereja Anglikan, banyak anggota yang berfikir bahawa mereka telah memenuhi kewajiban mereka dengan memberikan wang. Mereka berfikir bahawa dengan memberikan wang, gereja dapat menggajikan pekerja penuh waktu untuk melayani di gereja. Dengan begitu, para anggota tidak perlu terlibat dalam pelayanan gereja.

Padahal, tuntutan Tuhan adalah agar kita mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang hidup kepada-Nya. Tuhan meminta kita untuk mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang hidup kepada-Nya, tetapi ramai orang Kristen berfikir bahawa datang ke gereja pada hari Minggu atau memberikan wang saja sudah cukup. Sungguh ironis. Yang paling disayangkan adalah sesetengah padre juga mendorong jemaat mereka dengan cara ini, percaya bahawa selama gereja memiliki wang, mereka dapat mengpergajikan orang kerja untuk melakukan pelayanan, dan bahawa laity tidak perlu melakukan apa pun selain menyumbangkan wang. Semua ini sangat jelas bertentangan dengan bahagian pertama dari Konstitusi Diosis Malaysia Barat, iaitu “Pernyataan dan Deklarasi Historis” Uskup Agung Canterbury. Berbicara tentang laity, Uskup Agung Canterbury mengatakan: “Laity dipanggil oleh Allah untuk menyerahkan diri mereka kepada Allah sebagai Raja atas dunia, dan untuk menjadikan seluruh kehidupan bagi Allah, dan semua urusan hidup dengan sesama sebagai pelayanan bagi Allah. Laity hendaknya tidak menganggap panggilan pastoral sebagai pengganti untuk melakukan apa yang mereka biasa dan mampu lakukan dengan lebih baik. Hal ini akan sangat meningkatkan kehidupan laity di dalam Gereja dan memungkinkan para gembala, seperti para Rasul, untuk “membaktikan diri mereka dalam doa dan penginjilan”.

Dalam kata-kata Uskup Agung Canterbury, laity dibebankan dengan tugas untuk bersaksi tentang Allah dan melayani sesama mereka dalam setiap aspek kehidupan mereka. Laity tidak hanya harus melayani Tuhan dalam hidup mereka, tetapi juga harus berpartisipasi aktif dalam pelayanan gereja, berbagi pelayanan dengan padre dan melakukan peranan masing-masing sehingga gereja dapat berkembang.

Namun, sangat disayangkan bahawa gereja-gereja kita tidak menganjurkan dengan kuat ajaran-ajaran ini, tetapi malah membanjiri gereja-gereja dengan argumen-argumen yang tidak masuk akal, sehingga membuat gereja menjadi berantakan. Pemuridan adalah tentang mendisiplinkan laity dan mengembalikan mereka kepada misi awal yang dipercayakan kepada mereka oleh Tuhan. Laity tidak patut memperlakukan gereja sebagai satu pusat sosial.

The Theology of Laity and discipleship training (3)

In Anglican churches, many members think that they have fulfilled their obligations by giving money. They think that by giving money, the church can afford to hire full-time workers to serve in the church. By doing so, members do not have to be involved in the church’s services.

In fact, God’s requirement is that we offer ourselves as living sacrifices to Him. But when God asks us to offer ourselves as living sacrifices to Him, some Christians think that coming to church on Sunday or giving money is more than enough. How ironic. What is most unfortunate is that some pastors also encourage their members in this way, believing that as long as the church has money, they can hire workers to carry out the ministry, as if lay people responsibility is to contribute money only. All this is very clearly opposed to the first part of the Constitution of the Diocese of West Malaysia, that is, the Archbishop of Canterbury’s “Historical Statements and Declarations”. Speaking of lay people, the Archbishop of Canterbury said: “Lay people are called by God to commit themselves to giving themselves to God as King over the world, and to make all of life for God, and all of life’s dealings with their neighbours a service to them. Laymen should not regard the pastoral call as a substitute for doing what they can and can do better. This would greatly enhance the life of lay people in the Church and enable pastors, like the Apostles, to “devote themselves to prayer and evangelisation”.

In the words of the Archbishop of Canterbury, lay people are charged with the task of witnessing to God and serving their neighbours in every aspect of their lives. Lay people must not only serve God in their lives, they must also actively participate in the service of the church, sharing the ministry with the pastor and doing their own work, so that the church can flourish.

However, it is a pity that our churches do not strongly advocate these teachings, but instead flood the churches with specious teachings, making the church a mess. Discipleship Training is all about disciplining lay people and restoring them to the original mission entrusted to them by God. They should not make the church like a social entertaining center.

平信徒神学与门徒训练 (3)

在圣公会的教会里,许多会友以为有奉献金钱就已经尽了义务。他们认为只要奉献金钱,教会就有经济能力聘请全职同工在教会服侍。这样会友就可以不必参与教会的服侍。

事实上,神的要求是要我们将自己当作活祭献给神。神要我们将自己当作活祭献给他,而一些基督徒却认为星期天有来教会,或是有奉献金钱就足够了。这是何等讽刺。最可惜的是有些教牧也是这样鼓励会友,认为只要教会有钱就可以聘请同工来推展教务,平信徒可以什么都不做,只要出钱就好了。这些都非常明显的与西马教区章程的第一部分,也就是坎特伯雷大主教的“历史申明与宣告”(Historical Statements and Declarations)相对立的。坎特伯雷大主教在谈到平信徒时说到:“平信徒乃是被神呼召致力于将自己奉献与神,让神成为世人的王,并让生活所有的一切都是为神,也让在生活与邻舍的一切交往都成为对邻舍们的服侍。平信徒不应当视教牧的呼召为代替他们做他们可以并且能做的更好的事。这样就能大大的加强平信徒在教会的生活,也能够让教牧如使徒们一样的“专心以祈祷传道为事”。

从坎特伯雷大主教的言论里,平信徒乃是肩负在生活中的每一个层面都要见证神以及服侍邻舍的使命。平信徒不单要在生活中服侍神,也必须积极的参与教会的服侍,与教牧共同的分担事工,各司其职,使教会兴旺起来。

然而可惜的是我们的教会并没有大力提倡这些教导,反而将似是而非的论点充斥在教会里,将教会搞的乌烟瘴气。门徒训练就是要大力整顿平信徒,使平信徒恢复神原有托付的使命。不是只是把教会当作是一个社交中心。

Teologi Laity dan Pemuridan (2)

Satu fenomena yang umum di gereja-gereja Anglikan adalah bahawa ramai orang tidak memiliki pengajaran dan pelatihan yang sistematis, berkesambungan dan komprehensif, dan oleh kerana itu mereka tidak memahami misi mereka. Sebahagian umat Kristian akan memisahkan anugerah Kristus yang menyelamatkan dari pengudusan, dan juga akan mengasingkan kehidupan gereja dengan kehidupan sosial, percaya bahawa gereja adalah gereja dan masyarakat adalah hal yang lain. Seorang Kristian menghabiskan lebih dari 95% waktunya di masyarakat, dan mereka adalah terang dan garam masyarakat, jika mereka tidak memahami ajaran Alkitab dan misi mereka di masyarakat, mereka tidak akan dapat memenuhi misi yang diutuskan oleh Tuhan sabagai saksi-saksi-Nya di dunia ini.

Misi umat Kristian adalah memberitakan berita keselamatan dengan hidup serupa dengan Kristus, sehingga orang-orang dapat percaya kepada Allah yang benar yang menciptakan dunia ini. Oleh kerana itu, masa yang umat Kristian berada di dalam gereja harus menjadi persiapan bagi kehidupan mereka di dalam masyarakat, sehingga mereka diperlengkapi untuk menghadapi cabaran kehidupan bermasyarakat. Misi umat Kristian terutama adalah untuk menjadi saksi bagi Allah di tengah masyarakat, dan gereja harus menjadi sumber yang terus menerus memberikan penawaran dan bantuan untuk memperlengkapi mereka.

Gereja perlu membantu umat Kristian untuk memahami bahawa mereka telah menjadi bahagian dari gereja melalui baptisan dan telah menerima sebuah misi, iaitu menjadi saksi-saksi Allah di dunia. Menjadi saksi-saksi Allah membutuhkan kehidupan yang kudus. Alkitab dengan jelas mengatakan kepada kita bahawa kerana kasih karunia Kristus yang menyelamatkan sangat besar, maka mereka yang menerimanya harus hidup kudus. Paulus berkata dalam Efesus 4:1, “Sebagaimana kamu telah dipanggil, demikianlah hendaknya kamu hidup dengan cara yang layak bagi panggilan itu.”

Meskipun kasih karunia adalah fondasi iman Kristian dan apa yang kita terima semata-mata kerana kasih karunia Allah, pengudusan adalah proses yang tidak dapat dikompromikan setelah kasih karunia. Seringkali proses pengudusan tidak disukai oleh jemaat dan dihindari oleh gereja-gereja kerana harga yang harus dikeluarkan. Jemaat akan lari dari gereja kalau pengudusan ditekankan. Para Padre juga berada di bawah tekanan, kerana kalau jemaat semakin berkurangan bererti mereka tidak ada kemampuan. Oleh kerana itu mereka mungkin mencuba untuk “menyesuaikan diri” dengan tuntutan jemaat. Para Padre sering kali terlihat seperti seorang salesman yang hanya ingin jualannya baik, dan “pelanggan” selalu benar.

Sebuah artikel di The Malaysian Insider amat menggugah fikiran. Dalam artikelnya “Apa yang Mendorong (Meningkatkan) agama Kristian di Negara Ini?” terdapat sebuah wawancara yang menanyakan tentang alasan meningkatnya jumlah orang Kristian di negara ini.  Dina Zaman mewawancarai seorang lelaki bernama Desmond Ong, yang berpendapat bahawa peningkatan jumlah orang Kristian tidak ada hubungannya dengan kepercayaan. Peningkatan ini disebabkan oleh fakta bahawa gereja-gereja berfokus pada hubungan antar manusia, menawarkan janji-janji yang baik, organisasi dukungan sosial yang baik, dan merasa nyaman seperti berbelanja di pusat perbelanjaan. Inilah kesan yang diberikan oleh agama Kristian. Meskipun Desmond tidak mewakili semua orang, namun ia cukup mewakili.

Agama Kristian perlahan-lahan turun ke titik di mana “tidak penting siapa Yesus Kristus”. Di dalam gereja, selama hubungannya baik dan semua orang bahagia, tidak masalah apa pun kebenarannya. Pengalaman penulis sendiri adalah bahawa pada dua kesempatan, kerana saya mengatakan dalam khobah Minggu bahawa orang Kristian tidak boleh bercerai, saya dihadapkan pada ketidakpuasan beberapa jemaat. Beberapa jemaat akhirnya memilih untuk pergi ke gereja lain.

Adakah gereja benar-benar sebuah tempat yang “berfokus pada hubungan antara manusia, menawarkan janji-janji yang baik, organisasi dukungan sosial yang baik, dan merasa nyaman seperti berbelanja di pusat perbelanjaan“, tetapi tidak harus mengikut Yesus? Bukankah permuridan adalah terpenting di agama Kristian?

Theology of Laity and Discipleship Training (2)

A common phenomenon in Anglican churches is that many believers lack systematic, continuous and comprehensive teaching and training, and therefore do not understand their mission. A proportion of believers will divide Christ’s saving grace from sanctification, and will also dichotomise church life as well as social life, believing that the church is the church and society is another matter. Believers spend more than 95% of their time in society, and they are the light and salt of society. If they do not understand the teachings of the Bible and their mission in society, they will not be able to fulfil the mission entrusted to them by God and become His witnesses.

The mission of the believer is to preach the message of salvation by living in the likeness of Christ, so that people may believe in the true God who created the world. Therefore, the life of believers in the church must be a preparation for their life in society, so that they are equipped to face the challenges of social life. The mission of the believer is primarily to be a witness for God in society, and the church must be a constant source of supply and help to equip them.

The church needs to help the believers to understand that they have become part of the church through baptism and have received a mission: to be God’s witnesses in the world. Being God’s witnesses requires holy living. The Scriptures clearly tell us that it is because the saving grace of Christ is exceedingly great that those who receive it must live holy lives. Paul says in Eph. 4:1, “As you were called, so conduct yourself in a manner worthy of the calling with which you were called.”

While grace is certainly the foundation of the Christian faith and what we receive is solely by God’s grace, sanctification is a process that cannot be compromised after grace. Many times the process of sanctification is disliked by lay people and avoided by churches because of the cost involved, lest members left the church. Pastors are also under pressure in this area. When there is a decrease in membership, that means the pastors are not capable, hence, they may try to “fit in” with the demands of the congregation. Pastors often seem to become salesmen who only want to perform well, and the “customer” is always right.

An article in The Malaysian Insider is thought-provoking. In his article “What is Driving (Increase of) Faith in this Country”, Dina Zaman has an interview asking about the reasons for the increase of Christians in our country. She interviewed a man called Desmond Ong, who argued that the increase in Christian numbers had nothing to do with faith. The increase is due to the fact that churches focus on human relationship, offering good promises, good social support, and feels as good as shopping in a shopping mall. This is the impression that Christianity gives. While Desmond is not the representative of the majority, he is somehow a representative.

Christianity is slowly descending to a point where “it doesn’t matter who Jesus Christ is”. In the church, as long as the relationship is good and everyone is happy, it does not matter what the truth is. My own experience is that on two occasions, because I preached in the Sunday sermon that Christians should not get divorced, I was confronted with the dissatisfaction of members. Some members eventually chose to leave the church.

Is the church really a place that “focuses on human connection, offers good promises, good social support organization, and feels as good as shopping in a shopping mall”, but doesn’t have to follow Jesus? Isn’t the discipleship is the most important thing in the church?

平信徒神学与门徒训练(2)

在圣公会的教会里,一个普遍的现象就是许多信徒缺乏系统化、延续性和全面性的教导和训练,因此不明白自己的使命。一部分的信徒会将基督救赎恩典与成圣分割,同时也会将教会生活以及社会生活二分化,认为教会是教会,社会又是另一回事。信徒们超过95%以上的时间都是在社会上生活,他们也是社会上的光以及社会上的盐,如果他们不明白圣经的教导以及自己在社会上的使命,那他们就不能完成神所托付的使命,成为神的见证。

信徒的使命就是透过活出基督的样式,传扬救恩的信息,使人能相信这创造万物的真神。因此信徒在教会的生活必须成为他们在社会生活的预备,使他们装备好面对社会生活的挑战。信徒的使命主要是在社会里成为神的见证,而教会必须成为后方源源不断的补给与帮助,使他们的装备充足。

教会需要协助信徒了解自己已经藉着洗礼成为教会的一分子,也领受了一个使命:就是进入世界成为神的见证。既然是神的见证,就必须有圣洁的生活。圣经清楚告诉我们,就是因为基督的救赎恩典是超乎想象的大,所以领受恩典的人就必须过圣洁的生活。保罗在弗4:1说到 “既然蒙召,行事为人就当与蒙召的恩相称” 。

恩典固然是基督信仰的根基,我们所领受的完全是因着神的恩典,但是成圣却是在恩典后不能妥协的进程。许多时候,在成圣的过程因为要付出代价,平信徒不喜欢,教会也避免教导,免得会友流失了。教牧在这方面也面对压力,教会人数少了,就表示自己能力有问题,因此有可能尽量“配合”会友的要求。牧师许多时候似乎变成了销售员,只求业绩好,“顾客”永远是对的。

The Malaysian Insider 的一篇文章发人省思。作者Dina Zaman 在他的文章“是什么驱使这个国家的信仰兴旺?(What is Driving (Increase of) faith in this Country)”有一段访问问到基督徒在我国增多的原因。他访问了一个叫Desmond Ong的人。Desmond 认为基督教人数的增加与信仰没有关系。人数增多是因为教会注重人际联系、提供美好的承诺、良好社会扶持组织、感觉良好就好像在商业广场购物一样。这就是基督教给人的印象。虽然Desmond 不能代表多数,但也具有某种代表性。

基督教正逐渐沦落到一个“耶稣基督是谁已经不重要”的地步。在教会里只要关系良好,大家快乐就好了,真理是什么不太重要。笔者本身的经历乃是两次因为在主日证道时说到基督徒不可以离婚,就面对会友的不满。有些会友最后选择到其他的教会去。

教会真的是“注重人际联系、提供美好的承诺、良好社会扶持组织、感觉良好就好像在商业广场购物一样”,但却不必跟随耶稣的地方吗?

Teologi Jemaah Awam dan Pemuridan

Realitas jemaah awam di Diocesis Malaysia Barat.

Setiap provinsi dari Anglikan Communion adalah sebuah entitas yang independen, dan di bawah pengaruh situasi dan latar belakang budaya yang berbeza, setiap provinsi memiliki pendapat yang berbeza tentang berbagai masalah. Anglikan Communion tidak memiliki teologi yang terpadu atau rasmi, dan setiap provinsi memiliki posisi teologis yang berbeza dalam berbagai isu. Meskipun keputusan Konferensi Lambeth yang otoritatif tidak mengikat secara rasmi di setiap provinsi. Akibatnya, Anglikan Communion sebagian besar mengambil jalan tengah, dan posisi apa pun yang mengakui diri sebagai ekumenis dalam Anglikanisme dipertanyakan.

Dari sudut pandang Diosis Malaysia Barat, kami tidak memiliki definisi jemaah awam, yang dapat tercermin dalam Kanonik (perundangan) Anglikan. Kanonik Diosis Malaysia Barat berada di bawah Kanonik Provinsi Anglikan Asia Tenggara, yang pada dasarnya merupakan perpanjangan dari Kanonik Gereja England. Dalam Kanonik Gereja England, jabatan laity dalam Gereja dibahas dalam bagian E, tetapi tidak ada definisi tentang laity. Jelasnya,laity merupakan sebuah gelar yang tidak memerlukan definisi rasmi. Nampaknya semua orang menerima begitu saja bahawa definisi jemaah awam sudah jelas. Dari sudut pandang statuta Gereja England, jemaah awam dipandang sebagai mereka yang tidak ditahbiskan di bawah sistem pelayanan tertahbis Anglikan.

Dengan demikian, bagi Diosis Malaysia Barat, siapa pun yang tidak ditahbiskan menjadi padre adalah jemaah awam. Diosis Malaysia Barat tidak memiliki definisi yang jelas mengenai sifat, status, atau peranan jemaah awam. Hal ini mempengaruhi bagaimana Gereja di Diosis Malaysia Barat memandang jemaah awam. Jemaah awam sendiri juga tidak jelas tentang identitas dan misi mereka, percaya bahawa mereka hanya berafiliasi dengan padre, bahawa mereka adalah pembantu padre, dan kerana mereka tidak ditahbiskan atau dilatih secara profesional, mereka memiliki status di bawah padre.

Apa yang dapat dilakukan untuk mengubah pandangan ini yang telah mengakar kuat di Diosis Malaysia Barat?

Pemikiran seperti itu perlu dibetulkan, kerana sama ada kita seorang padre atau jemaah awam, selama kita adalah orang Kristen, kita adalah sekelompok orang yang diutus ke dunia untuk memenuhi misi Tuhan. Inilah yang membuat program pemuridan Gereja Sarang menjadi unik. Pemuridan bukan hanya tentang membantu Anda bertumbuh dalam rohani, tetapi juga tentang mengubah banyak pemikiran Anda yang salah. Oleh kerana itu, mengembangkan teologi jemaah awam adalah tujuan dari model pemuridan Gereja Sarang, sesuatu yang tidak dimiliki oleh model pemuridan lainnya.

Theology of Laity and Discipleship Training

The reality of laity in the Diocese of West Malaysia.

Each province of the Anglican Communion is an independent entity, under the influence of different situations and cultural backgrounds, and each province has different opinions on various issues. The Anglican Communion does not have a unified or official theology, and each province has a different theological position on various issues. Even the decisions of the authoritative Lambeth Conference are not legally binding in each province. As a result, Anglican Communion has mostly taken a middle-path approach, and any position claiming to be ecumenical in Anglicanism is questioned.

From the point of view of the Diocese of West Malaysia, we do not have a definition of a lay person, which can be reflected in the Canon Law of the Church of England. The Canon Law of the Diocese of West Malaysia is subordinate to the Canon Law of the Anglican Province of South East Asia, which is basically an extension of the Canon Law of the Church of England. In the Canons of the Church of England, the office of the layman in the Church is discussed in section E, but there is no definition of a layman. Layman is clearly a title that does not require a legal definition. It seems that everyone takes for granted that the definition of laity is clear. From the point of view of Church of England statute, lay people are seen as those who are not ordained under the episcopal system of ordained ministry.

Thus, for the Diocese of West Malaysia, anyone who is not ordained to the priesthood is a lay person. The Diocese of West Malaysia does not have any clear definition of the nature, status, or role of a lay person. This affects how the Church in the Diocese of West Malaysia views lay people. Lay people themselves are not clear about their identity and mission, believing that they are only affiliated to the priesthood, that they are helpers of the priesthood, and that since they are not ordained or professionally trained, they have a status below the priest.

What can be done to change this mindset which has become deeply rooted in the Diocese of West Malaysia?

Such thinking needs to be corrected, because whether we are clergy or laymen, as long as we are Christians, we are a group of people sent into the world to fulfil God’s mission. This is what makes Sarang Church Discipleship Training model unique. Discipleship Training is not just about helping you grow in spirituality, but also about changing many of your wrong thinkings. Developing a lay theology is therefore a goal of Sarang Church Discipleship Training model, something that no other Discipleship Training model has.

平信徒神学与门徒训练

圣公会西马教区平信徒的实况。

普世圣公宗各教省都是独立的个体,各教省在不同的处境以及文化背景的影响下,对各项课题都有不同的意见。普世圣公宗并没有一个统一或官方的神学,各教省在各项课题上都有不同的神学立场,就算是有权威的兰伯会议的议决,在各教省里也没有法定的约束力。因此,普世圣公宗多采取中庸路线,任何号称为圣公宗普世的立场都是被质疑的。

从西马教区的角度来说,我们并没有对平信徒下定义,这可以在英国教会教会法规(Canon Law of the Church of England)反映出来。西马教区的教会法规,乃是附属于圣公宗东南亚教省的法规,而这法规基本上都是延用英国的教会法规。在英国教会的法规里,在E部分(section E)讨论了平信徒在教会的职务,然而并没有对平信徒下定义。平信徒显然是一个不需要有法律定义的称呼。看起来大家都理所当然的对平信徒的定义清楚了。从英国教会法规的角度,平信徒被看为是那些没有在主教制的按立圣职系统下被授予圣职的人。

因此,对西马教区来说,任何没有按立圣职的人都是平信徒。西马教区并没有对平信徒的本质、地位、角色有任何清楚的定义。这影响了西马教区的教会如何看待平信徒。平信徒本身不清楚自己的身份与使命,认为自己只是附属圣职人员,是圣职人员的帮手,自己既然没有授予圣职,也没有受过专业训练,因此地位是在圣职人员之下。

怎样才能改变这已经在西马教区里根深地固的思想呢?

这样的思想是需要被更正的,因为不论是圣职人员或是平信徒,只要我们是基督徒,我们都是被差遣到世上完成神托付使命的一群。这也是爱的教会门徒训练独特之处。门徒训练不是只是帮助你生命成长,也要改变你许多错误的思想。因此发展平信徒神学是一项爱的教会门徒训练模式里要达到的目标,这也是其他门训模式没有的东西。

Kerjasama Kelompok dan Pemuridan

Manusia adalah makhluk yang hidup dalam kelompok, jadi kerja sama adalah hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tanpa kerja sama, mustahil bagi manusia untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan cara yang saling menguntungkan, dan juga tidak mungkin untuk bertahan hidup di bumi. Manusia harus saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai situasi yang saling menguntungkan agar masyarakat dapat makmur dan maju. Pada masa berburu dan meramu dahulu, manusia harus mengandalkan kerja sama kelompok untuk mendapat lebih banyak makanan dan menghindari bahaya musuh. Di zaman modern, lebih penting lagi bagi manusia untuk bekerja sama dalam kelompok, jika tidak, mustahil bagi mereka untuk bertahan hidup.

Meskipun kerja sama dapat memberikan manfaat yang maksimal, namun kerana sifat manusia yang egois, ketika bekerja sama, beberapa orang akan sering menggunakan kepentingan pribadinya untuk merugikan kepentingan orang lain atau kepentingan kelompok. Oleh kerana itu, ketika bekerja sama, harus ada mekanisme pengadilan untuk menghukum peserta yang tidak menjunjung tinggi kepentingan kelompok yang bekerja sama. Dengan cara ini, para peserta yang tidak menjunjung tinggi kepentingan kelompok akan mengetahui pentingnya kerja sama dan memperbaiki perilaku egois mereka untuk menjunjung tinggi kepentingan kelompok. Dengan cara ini, kerja sama dapat terus berlanjut dan maksimalisasi manfaat dapat dicapai. Sebaliknya, jika setiap orang melihat segala sesuatu dari sudut pandang egois, maka kerja sama tidak akan mungkin terjadi.

Prasyarat untuk kerja sama adalah ketulusan. Tanpa ketulusan, jika salah satu pihak tertipu, maka kerja sama tidak dapat dilanjutkan. Kerja sama di antara saudara dan saudari di dalam gereja sering kali menjadi sebuah tantangan. Jika salah satu dari mereka mementingkan diri sendiri, ia akan mengabaikan kepentingan kelompok, dan alih-alih menyediakan sumber daya untuk gereja, ia akan menghabiskan sumber daya gereja, yang tidak kondusif bagi perkembangan gereja.

Kehidupan Kristian adalah tentang melampaui diri sendiri dan menjadi berkat bagi orang lain. Kita bukan hanya hidup dalam ego kita, tetapi kita harus terus menerus melampaui ego kita dan bergerak menuju ketidakegoisan. Ketika sikap tidak mementingkan diri sendiri tumbuh semakin kuat di dalam diri kita, kita dapat melepaskan keegoisan kita dan bekerja lebih baik dengan orang lain untuk menciptakan efektivitas yang lebih besar dan pertumbuhan gereja.

Pemuridan adalah tentang membantu Anda untuk disadarkan akan makna hidup. Makna hidup kita bukan hanya pemenuhan diri sendiri, atau pemenuhan keluarga, atau pemenuhan karier, tetapi harus diperluas dengan menyertakan Kerajaan Allah dalam fikiran kita.